KAYANGAN si DEWA

29 Jan 2007

Berbicara dengan hati

Judulnya punya ambiguitas. Pertama, berbicara kepada orang lain menggunakan perasaan/hati. Kedua, seseorang bincang-bincang dengan hati/perasaannya. Di tulisan ini yang dibahas adalah arti kedua. Kok bisa seseorang berbincang-bincang dengan perasaannya sendiri? Jelas bisa.

Ketika kita sedang dilanda sebuah masalah, seringkali beberapa ide muncul di pikiran. Jangan masalah deh.. hmm.. Apa yang anda pikirkan ketika anda melihat anak kecil (usia sekitar 7-8th) di pinggir jalan yang ramai, berpakaian lusuh, tampang lesu dan lemah. Mungkin.. anda berpikiran kasihan sekali anak itu. Kemana ibu bapaknya? Dia sudah makan apa belum ya? Apakah harus saya bantu? Bagaimana kalau ini.. kalau itu.. dst... Inilah yg saya maksud.

Seringkali hati kita berbicara, tetapi apakah kita mendengarkannya?

Sekian kali saya mencoba mendengar hati berbicara hingga berkesimpulan bahwa :
Kebenaran sudah diketahui oleh para hati. Mau mendengarkan atau menerima ucapan para hati, itulah masalahnya.

Saya sebut para hati, karena hati kita bisa memberikan banyak sekali pemikiran. Kalau meminjam istilah dalam keagamaan, ada malaikat dan ada setan.

Para hati yang memberikan kebaikan adalah malaikat dan sebaliknya adalah setan. Tapi bagaimana cara membedakannya? Kita harus sering-sering mencuci hati. Jangan sampai bercak-bercak noda terlalu lama tinggal di hati. Segera cuci dengan doa dan taubat. Jika di lain waktu terlihat tanda2 ada noda yg mendekati hati, hindari..

Malaikat dengan senang hati akan menyuarakan pikirannya kepada kita kalau kita bisa menjaga hati.

No comments: